Rabu, 22 September 2010

Fun Folder


Sepeda lipat menawarkan keasyikan berbeda: ramah lingkungan, praktis, dan mudah ditenteng ke mana-mana.

Surabaya punya komunitas baru: pecinta sepeda lipat. Komunitas ini agak berbeda dengan penggemar olahraga sepeda selama ini, yang umumnya menggunakan sepeda gunung atau yang lebih dikenal dengan MTB. Sepeda lipat sifatnya sangat praktis; begitu selesai digunakan, tinggal melepas tuas, mencopot beberapa bagian, lalu dilipat dan dimasukkan ke bagasi atau jok belakang mobil. Bagi pengguna kereta api pun tinggal melipat dan menentengnya ke dalam kereta.
Agak berbeda dengan MTB, sepeda lipat (folding bike) ukuran rodanya lebih kecil, bentuk frame-nya agak panjang dari bawah. Sekilas, mirip sepeda anak-anak. ''Sepeda jenis ini punya banyak kelebihan yang tidak dimiliki sepeda MTB. Lebih praktis dan mudah dibawa ke mana-mana. Harganya juga bersaing dengan sepeda gunung,'' kata Ricky Antonio, penggemar sepeda lipat.
Karena sifatnya yang praktis dan unik, sepeda lipat ini pun makin mencuri perhatian. Memang belum sebanyak penggemar sepeda gunung, tapi sejak dibentuk sekitar Agustus 2008 lalu, penggemar sepeda lipat di Surabaya jumlahnya makin bertambah.
Adalah Ricky yang ikut memopulerkan dan membentuk komunitas sepeda lipat di Surabaya. Kata Ricky, “'Kalau pengguna MTB namanya biker, kami punya istilah folder bagi anggota.” Komunitas folder yang dipelopori penggemar sepeda sejak tujuh tahun silam itu dinamakan Bikeberry.
Awalnya, saat menggandrungi bersepeda lipat sejak setahun lalu, Ricky hanya bersepeda sendirian hampir tiap malam. Dirasa kurang enak ngontel sendiri, Ricky kemudian mengajak temannya; Hari Herlambang. Lewat blackberry Ricky mengirim email tentang folding bike lengkap dengan foto dirinya sedang bersepeda lipat. Hari tertarik dan keduanya pun bersepeda sama-sama.
Lama-lama keduanya merasa kurang sreg bersepeda berdua. Keduanya pun memutuskan berpromosi lewat blackberry, mengirimkan foto sepeda plus dokumentasi foto kegiatan mereka berdua kepada teman masing-masing yang punya blackberry.
Dalam waktu tiga bulan ada belasan orang yang tertarik untuk bergabung. Karena mereka umumnya terhubung melalui blackberry, disepakatilah nama Bikeberry untuk menandai komunitas tersebut.
Meski mayoritas anggotanya menggunakan blackberry, komunitas Bikeberry juga terbuka untuk umum. Bahkan, beberapa anggota memakai sepeda gunung. ''Mereka juga ingin beli folding bike, tapi karena supply sepeda lipat ke Indonesia masih terbatas, maka harus menunggu stok barangnya tersedia dulu," jelasnya.
Kini, Bikeberry punya jadwal rutin. Dua kali seminggu, setiap Rabu dan Minggu, mereka ngontel bareng. Khusus Rabu, acara bersepeda dilakukan pukul delapan hingga sepuluh malam. Sedangkan, Minggu dimulai pukul lima hingga sembilan pagi. ''Kalau Rabu kumpulnya di Taman Bungkul dan Minggunya kumpul di Citra Raya," tukasnya.
Selain itu, tambahnya, sepeda lipat bisa menjadi alternatif untuk beberapa hal. ''Paling pas buat jalan-jalan. Mau ke mal, ke kantor, atau keliling kota bisa aja. Kalau pas capek, tinggal dilipat lalu dibawa naik komuter atau angkot," kelakar Ricky. Hanya, jika naik kendaraan umum, harus bayar dobel. ''Sepeda lipat dihitung sebagai satu penumpang,'' jelasnya. -hm