Selasa, 11 September 2007

Bunga Krisan Menghias Harapan

Di Jawa Timur, kebutuhan akan bunga potong krisan baru terpenuhi 40 persen oleh pebisnis lokal. Sisanya masih mengais pasokan dari luar daerah.

Peluang usaha bunga krisan (chrysanthemum) di Jawa Timur (Jatim) tampak semakin berkembang. Ini ditandai makin banyaknya permintaan terhadap bunga hias ini di pasaran dan bermunculannya petani bunga ini di daerah-daerah di Jatim. Di Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, misalnya, sejak 4-5 tahun belakangan, setidaknya ada sekitar sepuluh petani bunga yang membudidayakan bunga warna-warni itu. Ketertarikan petani bunga itu tidak lepas karena mereka melihat peluang baru yang cukup menguntungkan, selain budidaya apel yang selama ini menjadi andalan di daerah itu.
Kawasan Tutur Nongkojajar yang berketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl) itu memang cocok untuk budidaya bunga krisan (ketinggian yang cocok untuk krisan: 700-1200 dpl, red). Di beberapa lokasi tampak sejumlah rumah plastik (green house) yang digunakan menanam aneka jenis bunga krisan, karena bunga yang berasal dari negeri Belanda ini memang membutuhkan naungan agar bisa hidup subur. Perlakuan bunga krisan agaknya cukup istimewa, di mana pada usia tanaman hingga 40 hari membutuhkan lampu dan ketersediaan sarana produksi yang tepat mencakup pupuk organik dan anorganik, zat pengatur tumbuh, kapur pertanian dan pestisida.
Hantoko, 45 tahun, salah seorang petani bunga krisan asal Desa Wonosari, yang kebun krisannya berada di Desa Belarang, Kec. Tutur Nongkojajar, mengatakan kebutuhan bibit bunga krisan selama ini dipasok oleh PT Saung Nirwan dari Bogor, yang merupakan pemasok tunggal kepada petani di kawasan tersebut. Perusahaan itu dikabarkan melakukan perbanyakan bibit dengan teknologi kultur jaringan dan mendatangkan induk dari Belanda.
Sejak mulai menjajal pembudidayaan krisan, Hantoko pernah mencoba menanam dari bibit yang tidak dikembangkan di daerah Jawa barat itu, namun dari daerah lain seperti dari Jawa Tengah atau Jatim sendiri. Alhasil, diakui, daya tahan tanaman dinilai kurang kuat, dan bunga yang tumbuh juga tidak begitu bagus. Karena itu, ia kembali mengambil bibit dari Bogor.
Biasanya, kata pria yang pernah aktif di Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia) Jatim itu, bibit-bibit krisan dikirim dua kali seminggu. Katanya, itu tidak terlepas dari pola tanam yang dikembangkannya selama ini. Artinya, dengan pola tanam yang diatur waktunya sedemikian rupa, memungkinkan tanaman itu bisa dipanen setiap hari. Sehingga, “Saya bisa memasok kebutuhan pasar kapan pun permintaan itu datang, dalam jumlah besar sekalipun,” jelasnya.
Harga bibit bunga krisan 150 ribu batang berumur 2 minggu, ungkapnya, mencapai Rp 37.5 juta. Itu belum termasuk dana pembuatan rumah plastik terdiri dari naungan plastik dan kerangka bambu. “Secara keseluruhan, dana yang diperlukan untuk usaha penanaman bunga krisan berupa pembuatan green house berkapasitas 150 ribu bibit mencapai Rp 100 juta,” tuturnya seraya menerangkan bahwa petani di Tutur biasa membangun rumah plastik berkapasitas 150 ribu bibit.
Dia tidak merinci berapa hasil bersih dari pembudidayaan bunga krisan sebanyak itu. Yang jelas, tanaman bunga krisan dapat dipetik atau dipanen setelah umur 3 bulan, di mana setiap bibit bisa menghasilkan lebih dari satu tangkai. Di awal pertumbuhannya, bunga krisan perlu dibantu penerangan lampu listrik hingga berumur 40 hari atau ketinggian 40 sentimeter.
Namun, penanaman bunga krisan bukannya tidak ada kendala, karena terdapat hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman tersebut, seperti ulat tanah yang memakan ujung batang tanaman muda. Pengendalian hama tersebut dengan menyemprotkan insektisida Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC ataupun mengumpulkan ulat-ulat yang ada untuk dimusnahkan serta menjaga kebersihan kebun.
Hama penting lainnya yang dapat dikendalikan secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida adalah thrips yang mengakibatkan gejala keriting dan berkerutnya daun, ulat putih yang mengisap cairan sel daun, tungau merah menimbulkan kematian pucuk tanaman, pengorok daun mengakibatkan daun menggulung, dan ulat grayak yang mengakibatkan daun gundul.

Kaya Warna dan Tahan Lama
Keistimewaan bunga krisan sehingga banyak disukai adalah karena jenis atau varietasnya banyak, warna-warni, dan berdaya tahan lebih lama dari bunga lainnya. Jumlah varietas bunga potong ini mencapai 50 lebih, bahkan konon jauh lebih banyak lagi. Hebatnya, setiap jenis warnanya amat beragam. Di kawasan Kecamatan Tutur Nongkojajar saja, bunga yang ditengarai mudah diperbanyak secara vegetatif terutama setek atau kultur jaringan itu, diklaim warnanya terdiri dari 48 lebih.
Namun, diakui Hantoko, petani bunga di kawasan ini tidak mengembangkan jenis sebanyak itu. Tiap petani bunga, paling tidak, hanya menanam antara 10-15 jenis. “Petani bunga di sini tidak akan menanam jenis yang tidak laku di pasaran. Selama bertahun-tahun menekuni budidaya krisan, kita tahu mana bunga yang disukai pasar dan mana yang tidak. Kita tidak main spekulasi,” tandas pria bergaya koboi ini.
Hantoko sendiri menanami kebun krisannya sekitar 11 jenis saja. Kesebelas krisan itu diantaranya; Langen Vallen Van, Fiji, Fiji White, Fiji Yellow Improved, Puma Sunny, Puma, Reagen Carera, Stroika, TownTalk, 2001-04, dan 2001-01.
Menurutnya, meski jenisnya banyak, sebenarnya krisan bisa dibagi dalam dua golongan, yaitu standart dan sprai. Bunga standart dapat dicirikan, satu tangkai hanya tumbuh satu kelopak bunga dan ukurannya agak besar. Sedangkan bunga sprai, biasanya satu tangkai bisa tumbuh banyak bunga dengan ukuran lebih kecil.
Warna masing-masing sama banyaknya. Ada kuning, putih, ungu, hijau, kuning-hijau, merah-putih, dan puluhan warna lainnya. Dikatakan, sejauh ini warna yang banyak diminati adalah putih, kuning, dan hijau. Warna-warna lain juga disukai, namun menurutnya, persentasenya tidak banyak.
Istimewanya lagi, krisan memiliki daya tahan lebih, hingga dua minggu setelah dipotong. Bahkan, katanya, bila bunga krisan diletakkan di vas bunga, akan mampu bertahan lebih lama lagi, asal rajin memangkas tangkainya setiap hari atau dua hari sekali sepanjang setengah sentimeter dari pangkal tangkai. Kemampuan daya tahan lebih lama ini juga yang, katanya, membuat krisan banyak diburu pembeli.

Harga Stabil
Warna-warni krisan yang elok memang cocok untuk hiasan berbagai acara. Hantoko menyebutkan, kota-kota besar di Jatim yang tergolong tinggi daya serapnya adalah Surabaya dan Malang. Permintaan bunga krisan mencapai puncak bertepatan dengan berlangsungnya hajatan perkawinan, yang biasanya banyak dilakukan di bulan Besar dalam kalender Jawa. Kalau kemudian musim kawin di kota-kota besar seperti Surabaya diadakan di ulan mana saja, tentu memberi keuntungan lebih pada petani bunga.
Selain itu, krisan juga kerap dibutuhkan untuk acara-acara lain, meski diakui volumenya tidak cukup besar, seperti hiasan untuk ruang seminar, peluncuran produk, pembukaan gedung maupun lainnya. Apalagi, sejauh pengamatan Handoko, kesukaan orang terhadap bunga plastik mulai bergeser, dan lebih memilih bunga segar.
“Harga jual bunga krisan cukup stabil, yaitu Rp 1.000 per tangkai,” tukasnya. Biasanya, krisan dijual dalam kemasan yang dibungkus kertas putih. Setiap bungkus berisi 10 tangkai. Harga itu untuk krisan sprai. Sementara krisan standart, harganya selisih antara Rp 100-Rp 200 lebih mahal dari krisan sprai karena, menurut Hantoko, bunganya lebih besar.
Dulu, di awal membuka pembudidayaan krisan, Hantoko terpaksa membuka jalur pemasaran sendiri menggunakan mobil boksnya, ke Malang hingga Surabaya. Penawaran langsung itu, katanya, dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali. Bahkan, ketika permintaan sedang ramai, seperti pada musim hajatan perkawinan, hampir tiap hari berkeliling ke kota-kota.
Namun, setelah sekian tahun berjalan, jalus bisnisnya dipermudah dengan hanya lewat telepon. Kini, katanya, tidak perlu lagi mengirim langsung ke pasaran karena banyak perusahaan agen bunga yang datang sendiri. Biasanya, mereka datang tiap dua hari sekali, silih berganti. Katanya, permintaan dari Malang lebih banyak perorangan untuk kebutuhan hiasan, sementara permintaan dari Surabaya kebanyakan adalah agen-agen besar, yang menyuplai pasar-pasar bunga, seperti pasar bunga Kayun Surabaya.
Diakui, dengan lahan sekitar 5000 meter persegi yang dimilikinya sekarang, dirinya tidak pernah merasa kekurangan memenuhi permintaan yang datang. Menggunakan program tanam, ia dengan leluasa bisa mengatur masa panen. Ketika masa sepi, seperti pada bulan Syuro dan puasa, tidak seluruh lahannya ditanami, begitu pula sebaliknya.
Memelihara lahan seluas itu, ia dibantu sekitar 10 orang karyawan. Dan rata-rata setiap hari menjual 300-400 bungkus. Kalau harga per tangkainya Rp 1.000 di tingkat petani bunga, artinya setiap hari ia sanggup meraup omset senilai Rp 3-Rp 4 juta. Karena itulah ia digolongkan sebagai petani besar diantara petani lainnya di kawasan itu.
Para pedagang di toko-toko bunga di Pasar Kayun Surabaya, mengakui permintaan bunga potong krisan semakin meningkat. E. Soenarko, pemilik Toko Bunga Naniek di Pasar Bunga Kayun Surabaya, mengungkapkan permintaan bunga krisan sejak beberapa tahun terakhir menduduki peringkat kedua sesudah mawar, dan kebutuhan terbesar diakui kebanyakan untuk keperluan hajatan perkawinan. Dia memperkirakan, selain krisan indah dipandang karena memiliki banyak jenis dan warna, juga karena krisan mampu bertahan tidak layu dalam masa yang lama itulah yang menjadi penyebab semakin diminatinya bunga tersebut.
"Bunga krisan kini bahkan menjadi bunga utama untuk dekorasi penganten. Volumenya paling banyak dibandingkan jenis bunga lainnya," akunya. Warna krisan paling banyak diminati, menurutnya, memang krisan putih dan kuning, kendati warna-warna lain kerap diselipkan untuk menambah pesona dekorasi.
Soenarko menambahkan, sejauh ini volume kebutuhan bunga krisan banyak dipasok dari perusahaan perdagangan bunga potong yang mendatangkannya dari Jawa Barat seharga Rp 15 ribu per bungkus berisi 10 tangkai," ujarnya. Ada juga pasokan dari petani lokal Jatim yang memasok harga Rp 12.500 per bungkus berisi 10 tangkai di tingkat pasar bunga Kayun Surabaya.
Hal senada dikatakan Andre, penjaga toko bunga Ina FM di Pasar Bunga Kayun Surabaya. Diakui, selama ini pihaknya banyak memenuhi pesanan pembuatan papan ucapan selamat dari perusahaan-perusahaan. Seperti diketahui, papan-papan karangan bunga seperti itu akan dipajang berhari-hari. Sehingga membutuhkan bunga yang mampu bertahan lama, dan krisanlah yang mampu mempercantik penampilan dengan warna-warni bunganya, terutama juga karena krisan tidak cepat layu seperti bunga lainnya.
Meski diakui kebutuhan akan krisan makin meningkat, tapi pihaknya tidak menjual bunga eceran, termasuk krisan. Sebab, lanjutnya, kebutuhan bunga dirasa cukup banyak untuk pendukung papan ucapan selamat yang dijual sekitar Rp 200 ribu itu. Setidaknya, setiap minggu, lebih kurang 4-5 papan dibuatnya.
Biasanya, sambungnya, bunga krisan dikirim oleh agen setiap tiga hari sekali. Krisan itu kabarnya didatangkan dari Kota Batu, Jatim. Setiap dikirim, ia mengambil antara 10-15 bungkus dengan harga Rp 15 ribuan per bungkus berisi 10 tangkai. Kebutuhan menghias papan dengan bunga krisan, katanya, antara 2-3 bungkus tiap papan ucapan selamat.

Ceruk 60 Persen
Seperti diketahui, untuk memenuhi kebutuhan di pasar bunga Kayun Surabaya saja, masih harus mendatangkan pasokan dari daerah lain karena, seperti diakui pedagang bunga, terbatasnya pasokan dari Jatim. Kebutuhan akan krisan justru banyak didatangkan dari Jawa Tengah bahkan Jawa Barat. Padahal, di Jatim telah banyak petani bunga yang membudidayakan bunga krisan. Seperti di Pasuruan (Tutur Nongkojajar), Malang (Batu), Mojokerto (Pacet), dan Jombang (Wonosalam).
Di Kecamatan Tutur Nongkojajar Pasuruan saja, tidak kurang terdapat 10 petani bunga. Kabarnya, ini merupakan jumlah terbesar di Jatim. Dalam perhitungan kasar, ungkap Hantoko, dari petani bunga di Pasuruan setidaknya sekitar 200 ribu tangkai tersebar di pasaran Jatim. “Jumlah itu bukan angka yang besar, karena kalaupun dikumpulkan dari seluruh kebun krisan di seluruh Jatim, hanya memenuhi kebutuhan pasar sekitar 40 persen. Sisanya yang 60 persen dipasok dari luar daerah, seperti dari Jawa Tengah dan Jawa Barat,” paparnya, memperkirakan.
Dengan demikian, katanya, peluang investasi di bidang ini masih sangat besar di Jatim. Melihat peluang yang makin menggelembung, dirinya kini juga tengah bersiap-siap membuka lahan baru seluas 8000 meter persegi untuk pembudidayaan krisan plus apel. Di samping itu, seiring meningkatnya permintaan krisan di pasaran, terus bermunculan petani-petani bunga, dan perusahaan-perusahaan perdagangan bunga di Jatim, terutama di Surabaya. Beberapa agen bunga yang terhitung besar di Surabaya yang bisa disebut, diantaranya Wahana Kharisma Flora, Omni Flora, Freesia Flowership, Bibit Baru, dan sebagainya.
Ternyata, sepengetahuan Hantoko, agen-agen besar itu juga menyuplai kebutuhan bunga krisan ke kota-kota besar lain, selain Malang dan Surabaya, seperti ke Bali atau kota-kota besar di luar Jawa. “Bahkan mungkin ekspor ke luar negeri,” tukasnya. Ini mungkin, lanjutnya, karena Kota Surabaya sebagai kota transit. “Kalau krisan dari sini masuk Surabaya, bukan berarti hanya untuk pasar Surabaya. Tapi dari Surabaya bisa dilarikan ke mana saja karena transportasinya memungkinkan,” imbuhnya. –hm

Lihat Tulisan Terkait:
Peluang Investasi Budi Daya Krisan

2 komentar:

hilda'site mengatakan...

Mas Chusnul, minta alamat & no.telp pa Hantoko dong?

Unknown mengatakan...

Minta alamat dan no tlp pak Hantoko dong