Minggu, 17 Januari 2010

Batik "Seru" Mangrove


Jangan kaget bila suatu saat Anda menemui motif batik mangrove berpadu dengan segala biotanya. Itulah batik mangrove karya warga kampung Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya.

Ada kampung baru yang unik di Surabaya. Kampung ini terletak di Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya. Disebut unik karena di kampung ini warganya secara kreatif memanfaatkan mangrove sebagai dasar kreasinya. Ada warga yang membuat olahan dari buah mangrove menjadi beragam kue, seperti jenang, roti, tart, bubur, dan semacamnya hingga menjadi sirup. Selain mangrove, biota di sekitarnya juga menjadi bahan inspirasi seperti kepiting rajungan yang diolah menjadi kerupuk.
Dus, mangrove yang menghiasi tepian pantai timur Surabaya, yang selama ini tampak tak berguna, ternyata berhasil dikreasi oleh warga Wonorejo menjadi beragam olahan yang bernilai ekonomis.
Tak hanya itu, hutan mangrove juga berhasil dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai dasar motif batik yang menarik. Diceritakan Ari Maruly, koordinator pembatik Wonorejo, ibu-ibu warga Wonorejo yang mendapat pelatihan selama 5 hari itu langsung tancap gas membuat batik dalam beragam bentuk dan modifikasinya. Latihan membatik sekecamatan Rungkut itu diikuti oleh sekitar enam kelompok, tiga kelompok diantaranya terdiri dari warga Wonorejo. Per kelompok terdiri dari empat orang. Jadi, di Wonorejo sendiri setidaknya ada 12 pembatik.
Lulut Sri Yuliani, penggerak dan penggagas motif mangrove yang membuat motif dasarnya, sementara ibu-ibu warga Wonorejo yang melakukan pengembangannya. “Mereka membatik hanya berdasar kemauan. Tapi justru mereka tak henti melakukan eksperimen untuk berkreasi,” ungkapnya. Hanya butuh waktu sekitar lima bulan, batik mangrove sudah menghiasi berbagai bentuk perlengkapan, seperti taplak meja, sarung bantal, hingg aneka pakaian.
Karena motif dasarnya mangrove dengan segala biotanya, batik tersebut disebut batik mangrove. Dan, kampung Wonorejo terutama di RW 07 itupun dinobatkan sebagai kampung batik mangrove. Kata Ari, berkali-kali kunjungan wisatawan maupun pemerintahan selalu diarahkan ke kampung ini. Selain ingin mengetahui proses membatik mangrove, tambahnya, wisatawan juga tertarik untuk membeli dan mencoba memasarkannya ke luar kota.
Kerap kali rumah Nany Rahayu menjadi tempat jujugan wisatawan. Di rumah Nany ini memang didisplay batik mangrove dalam berbagai bentuknya. Menurut Noverita, salah satu pembatik mangrove, mereka membatik di sela-sela kesibukan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga atau pekerja, tidak ada waktu khusus. Bahkan tidak ada pertemuan rutin untuk kumpul bersama. Namun diam-diam mereka telah menghasilkan beragam produk batik mangrove yang siap untuk dipasarkan.
Batik hasil kreasi warga Wonorejo itu pun diberi label “Batik Seru” (Seni Batik Motif Mangrove Rungkut Surabaya). Harga jual batik yang dibuat oleh ibu-ibu tersebut berkisar antara Rp 75 ribu – Rp 200 ribu.
“Batik mangrove sudah dikonsumsi para pejabat seperti Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun Dekranasda Surabaya,” jelas Noverita. Oleh para pejabat itu, lanjutnya, batik mangrove diperkenalkan ke berbagai wilayah bahkan negara. Bahkan oleh Dinas Koperasi, batik mangrove sudah pernah di bawa ke Singapura untuk menjajaki pasar di negara merlion itu.
Di tingkat lokal, batik mangrove juga bisa ditemui di pusat perbelanjaan di Surabaya seperti di Royal Plaza. Ke depan, tambahnya, pihak-pihak terkait juga mulai melakukan penjajakan ke berbagai mal yang lain di Surabaya dan kota-kota besar lain di Indonesia.



Tidak ada komentar: