Rabu, 12 Desember 2007

Wisata Sejarah Baru: Museum Juang dan Uang

Dulu Museum Mpu Tantular. Kini Museum Juang dan Uang

Museum Mpu Tantular dan seperangkat koleksinya telah diboyong ke Sidoarjo. Eks bangunan museum di bilangan Mayangkara Surabaya, kini berganti menjadi Museum Juang dan Uang. Tata ruang museum dibagi menjadi dua blok. Blok pertama menempati gedung lama meliputi ruang Sejarah Indonesia, Surabaya Berjuang, audio visual, Uang dan Perjuangan, numismatik, dan ruang penerbitan dan pengedaran uang. Blok kedua berada di gedung tambahan, terdiri dari ruang pameran dan penampilan seni, perpustakaan (lantai bawah), dan ruang kerja pengelola serta perpustakaan (lantai atas).
Sebagai museum juang, museum ini merepresentasikan sejarah Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan dan memuat koleksi yang menggambarkan aksi heroik warga Surabaya semasa Perang Kemerdekaan. Sedangkan sebagai museum uang, akan memuat koleksi yang berkaitan dengan uang dan kebangsentralan. Museum uang ini akan menjadi wahana representatif soal edukasi ilmu ekonomi dan moneter.
Di dalamnya dikisahkan mulai pembuatan uang pertama Republik Indonesia (ORI), deguldenisasi oleh Bank Indonesia (BI), dedolarisasi kepulauan Riau, hingga rupiahisasi Irian Barat sebagai puncak tercapainya kesatuan moneter untuk seluruh wilayah RI. Museum ini juga memamerkan koleksi uang yang pernah dipakai di Indonesia sejak sebelum merdeka, termasuk lika-liku proses penerbitan dan pengedaran uang.
Tak kalah menarik, kata M. Nur Zainuddin, Kepala Bidang Manajemen Intern Bank Indonesia Surabaya, museum ini dilengkapi teknologi terkini, seperti media interaktif dan akses internet agar lebih menarik minat masyarakat. Fasilitas lainnya juga tersedia, seperti cafe, taman, dan area parkir yang representatif untuk bus, mobil, dan sepeda motor.
Tak pelak, museum ini akan menjadi wahana baru untuk pusat studi atau rekreasi warga kota. Hanya saja, realisasi pemfungsian museum ini masih menggantung karena penyerahan secara resmi dari pemerintah Propinsi Jawa Timur kepada BI sebagai pemegang legal formal bangunan ini masih nyantol. Padahal, BI sudah tuntas melakukan studi kelayakan terhadap bangunan cagar budaya tersebut dengan melibatkan pemerhati sejarah dari berbagai kampus dan tokoh-tokoh masyarakat Surabaya.
Kalau penyerahan secara resmi itu sudah turun, kolaborasi dengan berbagai pihak untuk pengisian koleksi museum bisa segera terbangun. Dan, warga Kota Surabaya akan segera memiliki obyek untuk wisata intelektual. Maaf, tampaknya warga kota masih harus sabar menunggu. –hm/foto: anton

Tidak ada komentar: