Senin, 20 Agustus 2007

Kisi-kisi Balap Kuda Tradisional

Kuda-kuda tangguh, nama-nama keren, joki-joki pilihan, harganya pun mahal. Tertarik?

Begitu dilepas, Rondo Ayu dan Buru Sergap (Buser) menghentak. Kuda-kuda itu berlari bagai angin. Mula-mula Rondo Ayu memimpin, tapi tiba-tiba secepat kilat Buser menebas langkah Rondo Ayu hingga garis finish. Ia pun menang. Alhasil, Rondo Ayu kena sergap Buser.

Nama
Rondo Ayu, Buru Sergap, Cakraningrat dan sederet yang lain, adalah nama-nama kuda pilihan yang bertanding di berbagai arena Balap Kuda Tradisional. Mungkin bagi sebagian orang ‘apalah arti sebuah nama’. Tapi nama-nama kuda yang disandangkan pemiliknya pada kuda-kuda kesayangannya itu bukan sembarang nama.
Pemberian nama itu ada yang terkait dengan sejarah pemiliknya, ada yang diilhami dari hasil shalat istikharah, ada yang diambil dari sifat kuda sendiri hingga nama pemberian dari sang kyai. Yang terakhir ini justru menjadi kebiasaan umum di kalangan pemilik kuda. "Maklum, tradisi di Bangkalan kan segala sesuatu harus ada petunjuk kyai, tak terkecuali memberi nama kuda," Ketua Pordasi Bangkalan, RH Nasir Zaini, menuturkan.
Selain sebagai Ketua Pordasi Bangkalan, Nasir Zaini adalah juga pemilik kuda Cakraningrat. Nama ini dipakai untuk mengabadikan keluarganya yang diakui sebagai keturunan Cakraningrat IV (Cakraningrat adalah nama raja-diraja kerajaan di Madura dulu). Begitu pula dengan Buru Sergap. Nama itu diambil untuk menandai kecakapan kuda. Meski pada garis start langkahnya tercuri, tapi di tengah perjalanan ia akan mampu membabat langkah lawan hingga garis finish.
Agak berbeda dengan penuturan H Abdul Ghafur. Pemilik tiga kuda ini menyerahkan sepenuhnya kepada kyai untuk memberi nama. "Saya sertai istikharah, nama-nama pemberian kyai saya pakai untuk kuda-kuda saya. Dan rasanya hampir semua pemilik kuda di Bangkalan juga begitu," ungkapnya.

Perawatan
Dibanding kuda pacu, perawatan kuda balap tergolong ala kadarnya dan murah. Kalau kuda pacu harus dilatih begini-begitu, makanannya yang enak-enak, jamunya tidak boleh telat, dipijit dan sebagainya. Apalagi seminggu bahkan sebulan sebelum bertanding, perawatannya sangat ketat dan membutuhkan biaya cukup besar.
"Kalau kuda balap cukup diberi makan ala kadarnya, dimandikan, seminggu sekali atau dua kali dipakai jalan-jalan, dan diberi jamu tujuh atau sembilan butir telur kampung, pokoknya yang ganjil-ganjil. Itu saja, jadi biaya perawatannya tidak mahal," papar Nasir Zaini.

Keberangkatan
Layaknya orang Bangkalan mau merantau ke tanah seberang, harus lebih dulu dapat restu dari kyai. Kalau kyai bilang berangkat ya berangkat, demikian sebaliknya. Begitu pula dengan perlombaan balap kuda. Pemilik kuda biasanya ‘sowan’ dulu ke kyai untuk konsultasi apakah bisa ikut atau tidak. Kalau dapat lampu hijau dari kyai, artinya pemilik kuda memperoleh ‘sangu’ dan keberangkatannya mengikuti perlombaan telah mendapat restu.
Tapi kalau perhitungan kyai mengatakan, kuda ini boleh ikut sementara kuda yang lain tidak, maka begitulah yang dilakukan para pemilik kuda. "Kita tidak berani spekulasi di luar yang ditunjukkan kyai, karena akibatnya akan jelek bagi kita sendiri, atau kuda-kuda kita," tambah Ghafur.

Selamatan
Meski yakin tidak akan terjadi apa-apa, pemilik kuda tidak mau ambil resiko. Setelah mendapat restu dari kyai, tetap mengadakan selamatan untuk menghindari sial. Karena balap kuda ini bebas dari alat pengaman, sehingga segala kemungkinan bisa saja terjadi.
"Selain berdoa untuk keselamatan selama mengikuti pertandingan, juga memohon pada Tuhan agar diberi kemenangan," kata Nasir Zaini.

Joki
Peran joki sangat vital dalam pertandingan. Joki biasanya sekaligus perawat kuda, sehinga tahu betul sifat dan keunggulan kuda. Kuda-kuda bagus bisa gagal meraih juara bila jokinya tidak mampu mengendalikan. Di samping itu biasanya ada pelatih khusus yang bertugas melatih joki, seperti yang dilakukan Nasir Zaini. Joki-joki itu dipilih dari anak-anak muda yang trengginas (cekatan dan bersemangat) dan pemberani. "Kalau tidak berani, takut jatuh dan sebagainya bisa gagal kita," sindirnya.
Bahkan H Ghafur mendatangkan joki langsung dari Sumbawa. Sebagai pemain baru di perlombaan balap kuda ini, ia tak berani spekulasi merekrut joki dari daerah setempat. Ia lebih percaya dengan jokinya, karena dianggap betul-betul memahami kuda-kudanya yang memang ia beli dari Sumbawa.

Judi
Sudah menjadi pemandangan umum bila pacuan kuda adalah arena paling subur buat perjudian. Pacuan kuda menjadi ajang pertaruhan bagi orang yang gemar berjudi, dengan nilai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Pacuan kuda juga seakan menjadi langkah cepat menjadi konglomerat, sekaligus jalan cepat menuju sekarat.
Tapi tidak demikian dengan balap kuda tradisional. Bendera merah dan putih, yang menandai kemenangan di garis finish, berusaha tetap dibersihkan dari unsur-unsur perjudian. "Selama ini tidak ada perjudian di balap kuda, dan itu yang kita inginkan. Karena mereka (pemilik kuda, red) adalah kyai-kyai dan tokoh masyarakat, sehingga bisa menjaga dari kebiasaan perjudian," ujar Nasir Zaini.

Jual Beli
Semaraknya pertandingan balap kuda, tampaknya juga diikuti gereget yang lain di luar arena, yaitu jual beli kuda. Antar pemilik kuda atau pemain baru yang ingin terjun di balap kuda, saling lirik dan saling tawar. Kuda-kuda pilihan yang biasa dipertandingkan, lebih-lebih yang kerap menjadi juara akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Harganya cukup sangat menggiurkan.
Nasir Zaini, misalnya, membeli Buru Sergap seharga 7,5 juta rupiah. Setelah menjuarai beberapa kali pertandingan, kudanya ditawar orang dengan harga dua kali lipat. Terjadi tawar menawar dan akhirnya dilepas dengan harga 20 juta rupiah. "Kuda saya Cakraningrat juga sudah ditawar orang, tapi harganya tidak cocok ya tidak saya lepas."
Begitu pula dengan H Ghafur. Kuda yang diberlinya dengan harga 6,5 juta rupiah ditawar 10 juta rupiah. "Tidak saya lepas. Kalau 15 juta rupiah bolehlah," ujar Ghafur.

Refreshing
Keikutsertaan pemilik kuda di ajang balap kuda tradisional tidak melulu memburu pertandingan. Kalau ada pertandingan ikut, kalau tidak ya balapan biasa tanpa mengejar kemenangan. Mereka rata-rata menganggap balap kuda ini sebagai sarana untuk kesenangan dan refreshing semata. "Saya senang dengan balap kuda ini, baik kejuaraan atau pertandingan biasa. Bagi saya, kuda-kuda ini bisa membunuh kejenuhan atau keletihan sehabis bekerja," kata H Ghafur, pemilik tiga kuda sekaligus pemilik perkebunan dan pengusaha sayuran ini.
Uangkapan senada juga dituturkan Nasir Zaini. Dari lima kuda miliknya, tiga diantaranya dirawat di kandang dekat rumahnya, sementara dua lainnya berada di rumah perawatnya. Ketua Pordasi Bangkalan yang juga pengusaha ini seringkali rindu dan senang memperhatikan kuda-kudanya di kandang. "Kadang sesekali saya sendiri ikut merawat dan memberi makan," katanya. -hm


1 komentar:

jaemeyvallecillo mengatakan...

Casinos Near Casinos Near Casinos Near Casinos and Travel in PA
Find the nearest casinos to a Casino in Pennsylvania. Explore reviews 아산 출장샵 and 서울특별 출장샵 photos 수원 출장마사지 taken at MapYRO and 세종특별자치 출장마사지 other top Casinos near you. 나주 출장안마