Rabu, 08 Agustus 2007

Mati Ketawa ala Peperangan Airsoft Gun

Fun, fun ... and fun. Kendati terlibat baku tembak dengan lawan, mereka tetap tertawa-tawa. Inilah suasana yang terjadi pada perang-perangan airsoft gun.

Memang aneh dan lucu. Mereka yang terlibat dalam permainan peperangan ini tidak bisa lagi dikatakan anak-anak. Mereka adalah para muda yang gagah, bahkan ada yang tergolong sudah berumur. Secara ekonomi mereka bukanlah dari kalangan standar, tapi kebanyakan adalah eksekutif muda, para manajer dan selevelnya. Mereka juga bukan orang yang kurang kerjaan sehingga main perang-perangan seperti kita dulu pernah memainkannya semasa kecil, justru kebanyakan mereka adalah orang-orang yang sibuk.
Lalu kenapa mereka memilih jenis permainan ini? Ternyata banyak alasan yang mendasarinya. Ada yang dulu pernah bercita-cita jadi tentara tapi tak kesampaian, ada yang karena tertular “virus” teman-temannya, dan sebagainya. Yang jelas, “Fun, fun ... and fun,” kata Robby W, yang sudah menyukai senjata airsoft dan permainannya sejak tiga tahun lalu.
Apa asyiknya permainan tempur dengan menggunakan airsoft gun ini, mungkin gambaran berikut bisa menghantarkan kita untuk ikut menikmati serunya permainan: beberapa orang tampak mengendap-ngendap sambil mombopong senapannya, merayap pelan dan terus waspada mengintai lawan. Tiba-tiba terdengar dar... der... dor... saling baku tembak. Sekitar 10 meter di kejauhan sana, terlihat sesosok tubuh yang semula berdiri di balik pohon terhuyung dan jatuh. Setelah itu suara letusan makin ramai dan entah berapa yang terkapar kena tembakan. Selang beberapa menit kemudian tak terdengar suara apapun, sunyi. Hanya langkah manusia yang terdengar seperti menuju tempat yang sama. Dan, sejurus kemudian mereka berkumpul, lengkap 15 orang, tak ada yang tewas atau terluka. Bahkan mereka cekakakan dan ngobrol saling bercerita pengalamannya terlibat pertempuran di hutan pinus Taman Dayu, Pasuruan, Jawa Timur selama lebih kurang 2 jam itu.
Di tempat lain, pertempuran yang nyaris sama terjadi di sebuah gudang konteiner. Sekitar 10 orang berlarian ke sana-kemari sambil membidikkan bedil-bedil mereka ke arah lawan. Pertempuran itu terasa begitu menegangkan, hampir persis seperti pertarungan dua kelompok mafia di film-film Hongkong. Entah memperebutkan apa, atau mempertahankan apa sehingga pertempuran di kota seperti ini harus terjadi. Tapi ada suara “ahh ...” seperti orang kena tembak terdengar beberapa kali. Siapa yang menang entahlah, kecuali setelah terdengar aba-aba selesai, baru mereka berkumpul dan saling tuding, seakan saling ingin menunjukkan kehebatannya dalam bertempur. Ada yang meninggal, ternyata tidak sama sekali. Suasananya tampak begitu menyenangkan, walau mereka kelihatan capek, badan penuh peluh setelah hampir satu jam kontak senjata di gudang konteiner di Perak, Surabaya.
Menyaksikan permainan tempur dengan airsoft gun, rasanya tak bisa disamakan dengan tembak-tembakan di masa kanak-kanak di kampung. Permainan ini telah mengalami pencanggihan, mulai dari teknik permainan, seragam sampai senjata. Dalam simulasi tempur (war game) airsoft dikenal setidaknya dua model pertempuran, yang disebut dengan jugle welfare –perang orang lawan orang (outbond game) di alam terbuka, dan ini yang biasa dimainkan dalam perang airsoft— dan ada yang disebut close quarter better, yakni perang orang lawan orang juga tapi di arena tertutup.
Di Surabaya, kata Ali Nurdin, anggota klub airsoft Mad Dog, biasanya menggunakan hutan pinus Taman Dayu, Citraland atau tempat latihan marinir di Karang Pilang untuk permainan peperangan di alam terbuka. Sementara untuk permainan di arena tertutup biasa dilakukan di gudang konteiner di Perak. Seragam yang digunakan juga berbeda. Kalau pertempuran di alam terbuka, setiap peserta menggunakan seragam lengkap sesuai standar ala tentara Amerika, Jerman, Vietnam atau negara lain. Sedangkan peperangan di arena tertutup biasanya dandananya polos, seperti seragam SWAT.
Senjata yang digunakan juga tidak main-main. Senjata-senjata sekaliber M16, AK47, M4, Beretta dan Walther adalah senjata yang biasa dipakai tempur, selain senjata-senjata kelas lainnya. “Senjata airsoft merupakan replika senjata asli, sehingga bisa dikatakan satu banding satu (1:1). Bobotnya selisih tipis kira-kira satu sampai lima ons. Bedanya hanya pada peluru yang terbuat dari plastik seukuran biji kedelai,” tutur Ali.
Senjata-senjata yang kebanyakan buatan Jepang –ada juga dari Hongkong— itu bukan serta merta seperti bentuk dan tekstur aslinya yang sekarang. Dulu, Ali menceritakan, senjata mainan ini terbuat dari plastik kualitas tinggi. Kemudian pada perkembangannya senjata ini dibuat dengan bahan ABS Resin atau ABS Plastik dan juga menggabungkan aksesoris dan part dari bahan logam. Lalu berkembang lagi jenis terakhir yang dibuat dalam bentuk dan fitur full metal.
Senjata airsoft ini dapat memuntahkan proyektil peluru tiruan yang terbuat dari plastik bulat berukuran 6 mm, mulai dari berat 0,10 gr sampai dengan 0,45 gr. “Akurasi penembakanpun semakin baik dengan berkembangnya sistem Hop-Up yang membuat peluru dapat meluncur lurus pada jarak yang lebih jauh,” paparnya.
Bentuk permainan perangnya, menurut Robby, dilakukan sedetail mungkin seperti di film-film perang. “Materinya kita download dari internet, kita cari permainan yang paling bagus,” katanya seraya menyontohkan film Black Out Down atau Behind In The Land yang pernah dimainkan. Selain itu, ada permainan dengan membuat skenario (scenario games) sendiri. Misalnya saling serang habis-habisan, perebutan bendera, bunuh VIP, tembak jenderal menang, benteng-bentengan atau menyelamatkan hostes. “Kalau dalam permainan ternyata hostes itu sampai tertembak, berarti kalah, ndak bakat jadi tentara, pulang saja. Kayak di film-film persis.”

Berbahaya?
Menilik senjatanya, bagi orang di luar penggemar airsoft bisa jadi miris. Betapa tidak, senjata berkaliber itu persis dengan aslinya, mulai bentuk, berat maupun ukurannya. Suara tembakannya juga nyaris serupa. Kecepatan peluru rata-rata berkisar antara 250fps (feed per second, kira-kira 75m/detik), dan untuk tipe modifikasi antara 350fps (sekitar 105m/detik) sampai dengan 550fps. Jarak efektif senjata mainan ini mencapai 30 meter dan untuk tipe modifikasi dapat meluncur efektif sampai 50 meter.
Bayangkan kalau kena mata. “Kalau kena mata bisa jebol,” tukas Robby. “Kalau ada yang mengatakan bahaya, memang bahaya. Makanya yang kita sarankan kepada para pemain, yang penting itu safety, jadi harus menggunakan peralatan pengaman lengkap. Kalau takut kena mata ya pakai gogle, kalau takut kena badan ya pakai body protector. Kalau pemain sudah berumur, harus pakai kneepad atau airbopad. Soalnya kalau jatuh nggak ada yang nempuhi. Itu resiko sendiri-sendiri.”
Selain itu, katanya, sepatu juga harus diperhatikan. Kelihatannya remeh tapi penting untuk keamanan. “Yang bahaya sebenarnya bukan senjata atau pelurunya, tapi tidak jarang justru alam tempat kita bermain yang berbahaya.” Senjata airsoft sendiri, tambahnya, tidak berbahaya karena pelurunya didesain sedemikian rupa sehingga dijamin tidak sampai masuk kulit, meski disetel seberapapun kencangnya. Ditembakkan ke kulit langsung mantul, meski dari jarak 2 meter. “Paling cuma bengkak, karena di dalam senjata ada hulu atau lubang berisi ruang hampa.”
Senjata ini, ia melanjutkan, bukan didesain untuk self defence (bela diri). “Ndak bisa digunakan untuk itu. Kalau memaksa digunakan dengan diisi peluru gotri, misalnya, ya ndak apa-apa kalau rela senjatanya rusak. Tapi kita sarankan jangan.”
Aturanya, kembali ia tegaskan, memiliki senjata ini harus mendapat ijin dari Basendak (Bagian Administrasi Senjata dan Peledak, Polda). Pemakainnya juga hanya digunakan waktu bermain atau berlatih di tempat-tempat yang telah diijinkan. “Tidak bisa disembarang tempat. Biasanya kita minta ijin ke pihak militer juga, kalau dengan mereka kan aman.”

Hobi Mahal?
Penggemar airsoft umumnya orang dewasa. Mereka dari kalangan mapan secara ekonomi. Rata-rata sudah menyukai senjata sejak lama, sebelum beralih menggemari permainan airsoft. Robby yang menjadi “jenderal” klub G-Team, misalnya, sudah mengakrabi senjata airsoft sejak 3 tahun lalu. Baginya ini hanya untuk rekreasi saja, sebab permainannya sangat mengasyikkan. “Asyiknya mendekati reality, seperti tentara sungguhan. Kalau jadi tentara itu kan susah, barang bawaannya bisa sampai 30 kg, kita mainnya hanya 10 kg. Kita menghargai jadi tentara. Gampangnya, punya cita-cita jadi tentara tapi ndak kesampaian. Akhirnya jadi profesional, dokter, eksekutif muda, dan seterusnya.”
Rata-rata teman Robby adalah anak kolonel di TNI. Tapi ia mengaku, “Saya bukan anak kolonel, hanya kebetulan jadi bakul atau “logistik” bagi teman-teman di team.” Ketika pihaknya mengadakan lomba tembak reaksi, ia mengatakan, tujuan utamanya hanya ingin menunjukkan kepada masyarakat, ini lho tembak sungguhan, ini lho tembak mainan, guyon-guyon. “Habis ditembak ngguyu. Kalau permainannya orang lawan orang ya gitu, sambil ketawa-ketawa sambil nembak-nembak. Mereka saling bertanding antara dua kelompok. Perusahaan A lawan perusahaan B, misalnya, dan seterusnya. Mereka lucu-lucu, sudah tua tapi main tembak-tembakan kayak anak-anak.”
Lebih dari itu baginya, satu yang tidak bisa dibeli yaitu andrenalin and fun. Andrenalin mungkin bisa didapat dari backjumping atau skydiving. “Tapi resikonya juga tinggi kan, kadang nyawa taruhannya sehingga andrenalin dan fun tidak bisa digabung. Tapi dalam permainan airsoft bisa, meski andrenalin sampai di ubun-ubun tapi tetap fun.”
Penilaian senada disampaikan Reza, 32 tahun. Anggota klub G-Team yang juga Kepala Divisi Marketing Lippotelecom ini menilai, dibanding bermain golf misalnya, permainan ini lebih banyak uniknya. “Bayangkan kalau lagi mau nyerbu, mau defence, atau yang lain, sangat mengasyikkan.” Bagi mantan anggota Code-4, klub airsoft di Jakarta ini, dengan ikut bermain airsoft tidak hanya mendapatkan kesenangan saja, tapi bisa juga belajar kedisiplinan, kerjasama dan tentu, banyak teman.
Kesenangan terhadap senjata, menurutnya sudah dimulai sejak kecil. Ia pernah bercita-cita menjadi tentara tapi tidak mendapat restu dari ayahnya yang seorang dokter tentara dinas di TNI. Bahkan, “Saya masih ingat, ketika SMP saya minta hadiah ulang tahun senapan angin. Kalau sekarang pakai senjata api kan berbahaya, karena itu saya pakai airsoft gun. Hanya berlatih untuk protek diri dan main game-game, itu saja.”
Untuk berlatih teknik-teknik permainan, ia bersama team telah mengkoleksi banyak CD tentang perang. Seperti permainan di SWAT, CIA, FBI, GSG, SAS dan sebagainya. Mereka belajar secara otodidak untuk kemudian saling tukar informasi antar team. “Bukannya apa, kalau Indonesia di serang kita siap, hahaha ...” kelakarnya. Hobi Mahal? “Konon orang bilang mahal, tapi sebenarnya nggak juga. Harga senjata juga relatih, apalagi permainan-permainan seperti tembak reaksi, nggak terlalu menguras,” kilahnya.

Berkembang Pesat
Di luar Indonesia, airsoft lebih dulu berkembang. Di sini, demam permainan tembak-tembakan menggunakan senjata airsoft ini mulai marak setelah reformasi pada tahun 1998. Permainan airsoft gun ini dulunya lahir dari permainan dengan senjata paintball (paintball gun). Senjata paintball menggunakan peluru cat, untuk menandai lawan yang tertembak. Bentuk senjatanya tampak lucu dengan tangki gas di popornya dan tabung peluru berisi capsul cat di larasnya. Sekarang paintball menjadi cabang olahraga dan kejuaraan dunianya berlangsung di Inggris dua bulan lalu.
Perkembangannya kemudian permainan tembak-tembakan ini pecah, dan muncullah airsoft gun. Kini sudah banyak berdiri klub airsoft gun. Di Jakarta, Code-4 adalah salah satu yang terkenal. Di Bandung ada Barudak Airsoft Bandung (BAB). Yogyakarta punya Defcon-6. Kemudian di Medan ada Medan Airsoft Club (MAC) dan di Surabaya ada SAT (Surabaya Airsoft Team), G-Team, Mad Dog dan C-4.
Diantara klub-klub di berbagai daerah itu, Surabaya tergolong paling semarak. Meski tidak memiliki lahan khusus untuk permainan, tapi setiap minggu sekali klub-klub airsoft di Surabaya selalu mengadakan kegiatan. Peminatnya juga mengalami pertambahan yang cukup signifikan. Jumlah anggota tiap team mencapai 30 orang sampai 90 orang. Bahkan di seluruh Jawa Timur, menurut Robby, tercatat sekitar 255 orang terdaftar di Polda. “Jumlah itu dicapai dalam kurun waktu 2 tahun. Bila dibandingkan dengan Perbakin yang anggotanya sekitar 3000 orang dalam kurun waktu puluhan tahun itu, bisa dibayangkan perkembangan airsoft nanti akan luar biasa,” kata Robby.
G-team, misalnya. Total anggotanya berjumlah 88 orang, 56 orang aktif menggunakan senjata untuk bermain dan berlatih, sementara sisanya nonaktif hanya dibuat pajangan. Mad Dog yang digawangi Wirawan, 40 tahun, sebagai jenderal, memiliki anggota sekitar 30-an orang. Tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah di kemudian hari.
Sayangnya, oraganisasi airsoft khususnya di Surabaya, menurut Reza, belum well organize. Pertemuan mingguan yang sudah berjalan, diharapkan selain untuk permainan, juga untuk membentuk organisasi yang bagus. Gagasan ini juga disambut baik oleh Robby sebagai jenderal G-Team. Sebab permainan tempur ini belum bisa diselenggarakan secara terbuka. Padahal, dalam amatan Robby, permainan ini bisa sangat semarak. Tapi sekarang masih dibatasi agar semaraknya tidak vulgar kelihatan masyarakat umum.
“Misalnya kalau kita mau mengadakan kegiatan, kita lempar A maka akan muncul pro-kontra. Tuntutannya harus mengikuti prosedur yang ada. Padahal prosedur ini belum dibuat, jadi sifatnya masih ngambang. Dikatakan boleh ndak, tapi dikatakan tidak boleh ya ndak. Sekarang istilahnya masih dimajukan proposal (ke pemerintah). Kalau pesertanya makin banyak ya kita buat perhimpunan, mengajukan diri ke Polda. Kulo nuwun dhisik lah kepada pihak yang berwenang, karena ini menyangkut senjata. Ya ... maklumlah situasi Indonesia sedang panas, jadi kalau tidak sesuai prosedur kan mudah disalahkan,” tutur pemilik showroom Airsoft Academy di Delta Surabaya ini.
Lebih dari sekadar itu, organisasi ini nantinya diharapkan menjadi besar seperti Perbakin. “Aku yakin Perbakin malah bisa disaingi. Kalau Perbakin kan banyak orang tuanya, kalau di sini banyak anak mudanya. Tapi tidak bisa dikatakan menyaingi karena pasarnya beda, ini pasar mainan sementara Perbakin pasar sungguhan,” kilahnya. -hm

1 komentar:

Software4free mengatakan...

Mas chusnull maap nih sebelumnya tapi, bagi kita2x rekan2x airsoftgun Kata2 "senjata"/"senapan" sangat dilarang, dan sebutan "senjata airsoft" di blog ini saya sangat tidak setuju, karena airsoftgun itu hanya Mainan,
Jadi sekarang kita semua hanya ingin memasyarakatkan Bahwa airsoftgun itu buka "senjata" apa lagi bisa untuk Jaga diri bela diri dan lain2x
segitu aja deh mas chusnull, dan secara keseluruhan info ini sangat bagus dan bisa membuat orang mengerti

Atas perhatianya saya ucapkan banyak terima kasih
Maaf yah mas kalau ada kata yg kurang berkenan

Thanks
regards
Yos